Rabu, 06 Juni 2012


METODE MENGUKUR POPULASI


1.  Metode Sensus (Pencacahan Total)
Pencacahan total merupakan suatu cara menghitung secara langsung semua individu di suatu tempat yang dihuni spesies yang diselidiki. Metode ini biasanya digunakan pada berbagai spesies mamalia berukuran tubuh besar dan mudah tampak dalam habitatnya, misal gajah di semak belukar. Pencacahan total juga dapat dilakukan pada berbagai jenis hewan yang berukuran kecil, misal kelelawar dengan mencacah individu yang keluar masuk dari lubang tempat tinggalnya. Dapat juga dilakukan pada jenis hewan invertebrate sesil dengan ukuran tubuh yang tidak terlalu kecil, misalnya teritip (Balanus sp). Pengukuran Kelimpahan Absolut : Metoda-metoda Pencuplikan Metode pencuplikan (sampling method) merupakan metode yang menggunakan pencacahan, namun dilakukan terhadap individu-individu dari cuplikan-cuplikan (samples) yang masing-masing merupakan suatu proporsi kecil dari populasi yang diperiksa.

metode sensus untuk mengukur tingkat pertumbuhan populasi badak

2.  Metode Sampling (cuplikan)
Macam – Macam Metode Sampling
a.   Probability Sampling
1.    Simple Random Sampling
Semua unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Anggota sampel dipilih secara acak dengan cara:
       Pengundian menggunakan nomor anggota sebagai nomor undian
       Menggunakan table angka random (bilangan acak) berdasarkan nomor anggota
Syarat Penggunaan Metode Simple Random Sampling :
• Sifat populasi adalah homogen
• Keadaan anggota populasi tidak terlau tersebar secara geografis
• Harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas
Kebaikan : Prosedur penggunaannya sederhana
Kelemahan: Persyaratan penggunaan metode ini sulit dipenuhi

2. Stratified Random Sampling
       Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi berdasarkan criteria tertentu yang dimiliki unsure populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan homogen
       Dari masing-masing sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proporsional atau disproporsional
       Total anggota yang dipilih ditetapkan sebagai jumlah anggota sampel penelitian

Contoh: Dari 1000 populasi pemilih pada PEMILU akan diambil 100 orang (10%) sebagai sampel berdasarkan usia pemilih secara proporsional

Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling:
         Populasi mempunyai unsure heterogenitas
         Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi/lapisan sesuai dengan unsur heterogenitas yang dimiliki
         Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih (secara proporsional atau disproporsional)
Kebaikan     : Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili
Kelemahan : Memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk menentukan ciri  heterogenitas yang ada pada populasi

3. Cluster Sampling
       Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara bergrombol (cluster)
       Dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub-populasi yang lebih kecil
       Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai sampel penelitian

Contoh : Akan dipilih sampel penelitian untuk meneliti rata-rata tingkat    pendapatan buruh bangunan di Kodya Semarang
       Kodya Semarang dibagi menjadi16 Kecamatan, dari 16 Kecamatan dipilih 2 Kecamatan sebagai Populasi dari sampling I
       Dari 2 Kecamatan masing-2 dipilih 2 Kelurahan sebagai Populasi dari sampel II
       Dari 2 Kelurahan masing-2 dipilih 50 buruh bangunan sebagai sampel penelitian

b.  Non Probability Sampling
1.    Quota Sampling
Metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang diinginkan

Contoh: Akan diteliti mengenai manfaat penggunaan internet pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar pada mata kuliah tertentu, Peneliti menentukan quota untuk masing-masing sampel:
Jumlah mahasiswa = 50 orang
Jumlah dosen = 5 orang
Jumlah mata kuliah = 3 matakuliah
Sehingga diperoleh 150 mahasiswa dan15 dosen sebagai sampel penelitian untuk 3 mata kuliah yang  memanfaatkan internet dalam proses belajar mengajarnya
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti

2.   Accidental Sampling
Metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ada/dijumpai
Contoh: Akan diteliti mengenai minat ibu rumah tangga berbelanja diswalayan peneliti menentukan sampel dengan menjumpai ibu rumah tangga yang kebetulan berbelan jadi suatu swalayan tertentu untuk dimintai pendapat/motivasinya
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Jumlah sampel mungkin tidak representative karena tergantung hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu

3.   Saturation Sampling
Metode pengambilan sampel dengan mengikutsertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian
Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di Gunadarma, peneliti menentukan sampel dengan menambil seluruh mahasiswa aktif di Gunadarma sebagai sampel penelitian
Kelebihan : Memerlukan waktu untuk pengumpulan data sampel
Kelemahan: Tidak cocok untuk populasi dengan anggotanya yang besar

4.   Snowball Sampling
Metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level).
       Sampel awal ditetapkan dalam kelompok anggota kecil
       Masing-masing anggota diminta mencari anggota baru dalam jumlah tertentu
       Masing-masing anggota baru diminta mencari anggota baru lagi.

Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di Gunadarma, sampel ditentukan sebesar 100 mahasiswa, peneliti menentukan sampel awal 10 mahasiswa. Masing-masing mencari 1 orang mahasiswa lain untuk dimintai pendapatnya. Dan seterusnya hingga diperoleh sampel dalam jumlah 100 mahasiswa
Kelebihan : Mudah digunakan
Kelemahan: Membutuhkan waktu yang lama

3.  Metode Tangkap dan Tangkap Lagi
Metode capture-re capture, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
    Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
    Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
    Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
    Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak.
Dari dua kali hasil penangkapan tersebut diatas, dapat diduga ukuran atau  besarnya populasi (N; indeks Petersen-Lincoln) dengan rumus sebagai berikut:




N =  Mn/n

Dengan catatan :
M = jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode  pencuplikan ke-1.
N = jumlah total yang bertanda maupun tidak bertanda pada periode pencuplikan ke-2.
M = jumlah individu bertanda, yang tertangkap kembali pada periode pencuplikan ke-2.
4.  Pengukuran Kerapatan Nisbi
Karakteristik semua metode pengukuran kerapatan nisbi adalah bahwa semuanya tergantung pada pengumpulan cuplikan yang mewakili tetapan nisbi yang tidak diketahui hubungannya dengan besarnya populasi secara keseluruhan. Jadi yang diperoleh hanya petunjuk kelimpahan yang kurang begitu akurat. Sebenarnya banyak teknik perkiraan demikian itu, tetapan disini hanya beberapa saja yang akan disajikan ialah :
1.  Jebakan, Termasuk jebakan untuk tikus lapangan,jebakan cahaya untuk insekata yang terbang malam, jebakan sumuran yang dipasang pada permukaan tannah untuk menjebak kutu, atau hewan kecil lainnya, jebakan isap bagi insekta terbang, serta jaring plankton. Hewan yang tertanggap tergantug tidak hanya kerapatan populasi tetapi juga aktivitas hewan itu, kisaran gerakan, dan kemempuan si pemasang jebakan, sehingga sebenarnya hanya akan dieroleh gambaran kasar mengenai kelimpahan dengan teknik ini.

2.  Cacah butir tinja. Jikalau diketahui cacah butiran tinja dan rerata laju peninjaan akan diperoleh index besarnya populasi.
3.  Frekuensi vokalisasi. Beberapa kali ayam hutan berbunyi seletiap 15 menit dapat dipergunakan untuk index besarnya populasi ayam hutan
4.  Catatan kulit. Cacah hewan yang ditangkap oleh pemburu atau penjebak dapat dipergunakan untuk memperkirakan perubahan pada populasi mammalia catatan ada yang sampai 150 tahun yang lalu.
5.  Tangkapan per satuan usaha penangkapan ikan, misalnya cacah ikan yang ditangkap selama 100 jam dengan pukat harimau. Jika diperbandingkan akan dapat dipergunakan untuk memperkirakan kelimpahar ikan di suatu perairan
6.  Cacah artifak, misalnya butir tanah pada “rumah” kepiting, pohon untuk sarang tupai, bekas kepompong yang telah ditinggalkan insekta, dapat berguna untuk memperkirakan cacah hewan bersangkutan.
7.  Kuesioner dapat dikirimkan kepada penggemar berburu atau penjebak untuk mendapatkan perubahan populasi hewan yang jadi objeknya.
8.  Frekuensi. Persentase kuadrat yang dipergunakan dalam pengkajian suatu spesies khusus dapat berguna untuk memperkirakan kelimpahan nisbi.
9.  Kapasitas makan. Jumlah umpan yang diambil oleh tikus dapat dipergunakan untuk mengukur sebelum dan sesudah peracunan untuk memperoleh perubahan kerapatan.
10.  Penghitungan di jalanan. Cacah burung mangsa yang tampak waktu mengendarai mobil sejauh jarak yang telah dibakukan dapat dipergunakan sebagai index kelimpahan.
Hasil metode pengukuran kerapatan nisbi tersebut diatas perlu dipelajari dan di evaluasi secara hati-hati. Hasil tersebut lebih merupakan pelengkap pada teknik langsung. Perlu dipertimbangkan 2 hal : pertama, bahwa informasi sensus yang akurat dan terperinci hanya dapat diperoleh untuk beberapa jenis hewan. Dalam kebanyakan kejadian harus puas dengan perkiraan kasar. Kedua, bahwa terdapat karya penelitian yang hanya berkenaan dengan hewan yang “mudah “ ialah burung dan mamalia.

















DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sampling/ diakses pada tanggal 5 juni 2012
www.scribd.com/doc/94580798/Niosh-Metode-Sampling/ diakses pada tanggal 5 juni 2012


METODE MENGUKUR POPULASI


1.  Metode Sensus (Pencacahan Total)
Pencacahan total merupakan suatu cara menghitung secara langsung semua individu di suatu tempat yang dihuni spesies yang diselidiki. Metode ini biasanya digunakan pada berbagai spesies mamalia berukuran tubuh besar dan mudah tampak dalam habitatnya, misal gajah di semak belukar. Pencacahan total juga dapat dilakukan pada berbagai jenis hewan yang berukuran kecil, misal kelelawar dengan mencacah individu yang keluar masuk dari lubang tempat tinggalnya. Dapat juga dilakukan pada jenis hewan invertebrate sesil dengan ukuran tubuh yang tidak terlalu kecil, misalnya teritip (Balanus sp). Pengukuran Kelimpahan Absolut : Metoda-metoda Pencuplikan Metode pencuplikan (sampling method) merupakan metode yang menggunakan pencacahan, namun dilakukan terhadap individu-individu dari cuplikan-cuplikan (samples) yang masing-masing merupakan suatu proporsi kecil dari populasi yang diperiksa.

2.  Metode Sampling (cuplikan)
Macam – Macam Metode Sampling
a.   Probability Sampling
1.    Simple Random Sampling
Semua unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Anggota sampel dipilih secara acak dengan cara:
       Pengundian menggunakan nomor anggota sebagai nomor undian
       Menggunakan table angka random (bilangan acak) berdasarkan nomor anggota
Syarat Penggunaan Metode Simple Random Sampling :
• Sifat populasi adalah homogen
• Keadaan anggota populasi tidak terlau tersebar secara geografis
• Harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas
Kebaikan : Prosedur penggunaannya sederhana
Kelemahan: Persyaratan penggunaan metode ini sulit dipenuhi

2. Stratified Random Sampling
       Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi berdasarkan criteria tertentu yang dimiliki unsure populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan homogen
       Dari masing-masing sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proporsional atau disproporsional
       Total anggota yang dipilih ditetapkan sebagai jumlah anggota sampel penelitian

Contoh: Dari 1000 populasi pemilih pada PEMILU akan diambil 100 orang (10%) sebagai sampel berdasarkan usia pemilih secara proporsional

Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling:
         Populasi mempunyai unsure heterogenitas
         Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi/lapisan sesuai dengan unsur heterogenitas yang dimiliki
         Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih (secara proporsional atau disproporsional)
Kebaikan     : Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili
Kelemahan : Memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk menentukan ciri  heterogenitas yang ada pada populasi

3. Cluster Sampling
       Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara bergrombol (cluster)
       Dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub-populasi yang lebih kecil
       Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai sampel penelitian

Contoh : Akan dipilih sampel penelitian untuk meneliti rata-rata tingkat    pendapatan buruh bangunan di Kodya Semarang
       Kodya Semarang dibagi menjadi16 Kecamatan, dari 16 Kecamatan dipilih 2 Kecamatan sebagai Populasi dari sampling I
       Dari 2 Kecamatan masing-2 dipilih 2 Kelurahan sebagai Populasi dari sampel II
       Dari 2 Kelurahan masing-2 dipilih 50 buruh bangunan sebagai sampel penelitian

b.  Non Probability Sampling
1.    Quota Sampling
Metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang diinginkan

Contoh: Akan diteliti mengenai manfaat penggunaan internet pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar pada mata kuliah tertentu, Peneliti menentukan quota untuk masing-masing sampel:
Jumlah mahasiswa = 50 orang
Jumlah dosen = 5 orang
Jumlah mata kuliah = 3 matakuliah
Sehingga diperoleh 150 mahasiswa dan15 dosen sebagai sampel penelitian untuk 3 mata kuliah yang  memanfaatkan internet dalam proses belajar mengajarnya
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti

2.   Accidental Sampling
Metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ada/dijumpai
Contoh: Akan diteliti mengenai minat ibu rumah tangga berbelanja diswalayan peneliti menentukan sampel dengan menjumpai ibu rumah tangga yang kebetulan berbelan jadi suatu swalayan tertentu untuk dimintai pendapat/motivasinya
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Jumlah sampel mungkin tidak representative karena tergantung hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu

3.   Saturation Sampling
Metode pengambilan sampel dengan mengikutsertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian
Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di Gunadarma, peneliti menentukan sampel dengan menambil seluruh mahasiswa aktif di Gunadarma sebagai sampel penelitian
Kelebihan : Memerlukan waktu untuk pengumpulan data sampel
Kelemahan: Tidak cocok untuk populasi dengan anggotanya yang besar

4.   Snowball Sampling
Metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level).
       Sampel awal ditetapkan dalam kelompok anggota kecil
       Masing-masing anggota diminta mencari anggota baru dalam jumlah tertentu
       Masing-masing anggota baru diminta mencari anggota baru lagi.

Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di Gunadarma, sampel ditentukan sebesar 100 mahasiswa, peneliti menentukan sampel awal 10 mahasiswa. Masing-masing mencari 1 orang mahasiswa lain untuk dimintai pendapatnya. Dan seterusnya hingga diperoleh sampel dalam jumlah 100 mahasiswa
Kelebihan : Mudah digunakan
Kelemahan: Membutuhkan waktu yang lama

3.  Metode Tangkap dan Tangkap Lagi
Metode capture-re capture, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
    Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
    Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
    Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
    Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak.
Dari dua kali hasil penangkapan tersebut diatas, dapat diduga ukuran atau  besarnya populasi (N; indeks Petersen-Lincoln) dengan rumus sebagai berikut:




N =  Mn/n

Dengan catatan :
M = jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode  pencuplikan ke-1.
N = jumlah total yang bertanda maupun tidak bertanda pada periode pencuplikan ke-2.
M = jumlah individu bertanda, yang tertangkap kembali pada periode pencuplikan ke-2.
4.  Pengukuran Kerapatan Nisbi
Karakteristik semua metode pengukuran kerapatan nisbi adalah bahwa semuanya tergantung pada pengumpulan cuplikan yang mewakili tetapan nisbi yang tidak diketahui hubungannya dengan besarnya populasi secara keseluruhan. Jadi yang diperoleh hanya petunjuk kelimpahan yang kurang begitu akurat. Sebenarnya banyak teknik perkiraan demikian itu, tetapan disini hanya beberapa saja yang akan disajikan ialah :
1.  Jebakan, Termasuk jebakan untuk tikus lapangan,jebakan cahaya untuk insekata yang terbang malam, jebakan sumuran yang dipasang pada permukaan tannah untuk menjebak kutu, atau hewan kecil lainnya, jebakan isap bagi insekta terbang, serta jaring plankton. Hewan yang tertanggap tergantug tidak hanya kerapatan populasi tetapi juga aktivitas hewan itu, kisaran gerakan, dan kemempuan si pemasang jebakan, sehingga sebenarnya hanya akan dieroleh gambaran kasar mengenai kelimpahan dengan teknik ini.

2.  Cacah butir tinja. Jikalau diketahui cacah butiran tinja dan rerata laju peninjaan akan diperoleh index besarnya populasi.
3.  Frekuensi vokalisasi. Beberapa kali ayam hutan berbunyi seletiap 15 menit dapat dipergunakan untuk index besarnya populasi ayam hutan
4.  Catatan kulit. Cacah hewan yang ditangkap oleh pemburu atau penjebak dapat dipergunakan untuk memperkirakan perubahan pada populasi mammalia catatan ada yang sampai 150 tahun yang lalu.
5.  Tangkapan per satuan usaha penangkapan ikan, misalnya cacah ikan yang ditangkap selama 100 jam dengan pukat harimau. Jika diperbandingkan akan dapat dipergunakan untuk memperkirakan kelimpahar ikan di suatu perairan
6.  Cacah artifak, misalnya butir tanah pada “rumah” kepiting, pohon untuk sarang tupai, bekas kepompong yang telah ditinggalkan insekta, dapat berguna untuk memperkirakan cacah hewan bersangkutan.
7.  Kuesioner dapat dikirimkan kepada penggemar berburu atau penjebak untuk mendapatkan perubahan populasi hewan yang jadi objeknya.
8.  Frekuensi. Persentase kuadrat yang dipergunakan dalam pengkajian suatu spesies khusus dapat berguna untuk memperkirakan kelimpahan nisbi.
9.  Kapasitas makan. Jumlah umpan yang diambil oleh tikus dapat dipergunakan untuk mengukur sebelum dan sesudah peracunan untuk memperoleh perubahan kerapatan.
10.  Penghitungan di jalanan. Cacah burung mangsa yang tampak waktu mengendarai mobil sejauh jarak yang telah dibakukan dapat dipergunakan sebagai index kelimpahan.
Hasil metode pengukuran kerapatan nisbi tersebut diatas perlu dipelajari dan di evaluasi secara hati-hati. Hasil tersebut lebih merupakan pelengkap pada teknik langsung. Perlu dipertimbangkan 2 hal : pertama, bahwa informasi sensus yang akurat dan terperinci hanya dapat diperoleh untuk beberapa jenis hewan. Dalam kebanyakan kejadian harus puas dengan perkiraan kasar. Kedua, bahwa terdapat karya penelitian yang hanya berkenaan dengan hewan yang “mudah “ ialah burung dan mamalia.

















DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sampling/ diakses pada tanggal 5 juni 2012
www.scribd.com/doc/94580798/Niosh-Metode-Sampling/ diakses pada tanggal 5 juni 2012